Berbicara tentang tujuan hidup memang memiliki lingkup dan bahasan yang sangat luas. Setiap orang memiliki tujuan hidup yang berbeda. Sebenarnya apa arti tujuan dalah hidup kita?? Ingin terkenal? ingin kaya? ingin cantik atau tampan?
Saya rasa meskipun itu tujuannya, tetapi tersirat satu esensi oientasi yang sama yaitu "kebahagiaan". semua orang ingin menjadi kaya, terkenal, cantik ataupun tampan karena berfikir bahwa dengan menjadi seperti yang kita inginkan maka kita akan "merasa" bahagia. Sesungguhnya semua itu hanya bermuara kepada sebuah hal subjektif yang disebut "perasaan".
Berkutat dengan banyak hal selama beberapa bulan terakhir membuat saya berfikir lebih mendalam tentang apa yang membuat saya merasa bahagia. Saya banyak menemukan hal baru dan sudut pandang baru dalam menyikapi segala hal. Mulai dari kandasnya hubungan cinta yang telah lama saya bangun, skripsi yang belum kunjung selesai, serta travelling yang menuai keributan dengan orang tua. Semua hal itu bergumul dalam pikiran saya. Sedih, gelisah, kecewa adalah perasaan yang menghinggapi saya sekian lama, dan membuat beberapa penyimpangan pada kesehatan saya.
Perjalanan saya mencari perasaan bahagia saya temukan pada kegiatan travelling khususnya mendaki gunung, saya begitu menyukai kegiatan ini, bahkan saya menemukan pola dan psikologi ketika mendaki gunung. Menurut saya mendaki gunung bukanlah sekadar olahraga berat biasa, tetapi bagaimana kita dapat memanajemen diri dan dalam keadaan subner daya kehidupan yang terbatas dalam suasana yang ekstrem. Berbagai sifat asli dan egoisme muncul pada keadaan terdesak diatas gunung. Saya bisa mengetahui bagaimana sifat teman teman yang selama ini saya anggap baik. Menggapai puncak juga adalah kebahagiaan tersendiri yang tidak terbayarkan oleh apapun juga. Memang saya tidak dibayar dan tidak ada seorangpun yang akan memberi penghargaan ketika saya tiba dipuncak, tetapi saya "merasa" ada kepuasan tersendiri berada diatasnya.
Mendaki gunung adalah hal yang sangat tidak disukai oleh orang tua saya, pertengkaran hebat terjadi antara saya dan ibu, tetes air mata meluncur tak tertahankan dari mata saya karena tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang saya rasakan. Saya sangat mengetahui mengapa mereka berbuat demikian adalah karena mereka menyayangi saya, tidak ingin saya terluka apalagi sakit karena kegiatan yang mereka anggap sama sekali tidak bermanfaat dan hanya buang buang uang. Saya terus merasa sedih dan kecewa mengapa mereka mengecan sebuah cara yang begitu saya suka agar saya "merasa" bahagia. Tidakkan mereka mencoba mengerti sedikit saja tentang "kebahagiaan" saya.
Perenungan tentang kebahagiaan saya yang direnggut oleh orang tua saya sendiri merupakan wacana di hati dan pikiran saya secara kontinyu dari hari ke hari hingga saya tertegun oleh sesuatu yang berbicara pada benak saya. "Pernahkan saya terfikir tentang kebahagiaan orang tua saya?". Kata kata itu seperti menohok jantung saya. Ayah saya bekerja dari pagi hingga malam, punya waktu tidur yang sangat sedikit, hari libur digunakan untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya serta tidur untuk mengistirahatkan badan karena diforsir untuk bekerja dari senin hingga jumat. Lalu apakan ayah saya merasa bahagia bekerja seperti itu setiap hari?? Bertarung dengan tugas yang menumpuk serta hubungan sosial yang kadang diselingi kelicikan dan saling menjatuhkan?
Saya sangat yakin ayah melakukan semua itu agar kebutuhan keluarganya tercukupi dan keluarganya meresa bahagia. Bahkan dengan mengabaikan kebahagiaannya sendiri. Atau memang itulah letak kebahagiaan ayah. Ayah merasa bahagia ketika keluarganya merasa bahagia. Mengapa saya tidak bisa seperti ayah? seseorang yang begitu besar peranannya dalam hidup saya. Saya selalu terfokus untuk mencari cara untuk "merasa" bahagia. Sebenarnya kegiatan travelling yang saya lakukan adalah untuk menyenangkan diri sendiri dan pelarian atas segala masalah yang ada. Lari dari masalah patah hati, lari dari masalah akademik yang belum jua usai. dan juga untuk mencari ketenangan.
Seharusnya dan memang harus saya sadari bahwa hidup ini bukan melulu tentang kekasih, tentang akademik, atau tentang mencari ketenangan. Masih banyak hal lain yang penting untuk dilakukan. Hidup ini bukan melulu tentang mencari ketenangan. Ketenangan tidak ada di gunung, atau dipantai, atau di hutan , atau ditempat tempat yang kita fikir akan memberikan ketenangan. tetapi ketenangan itu ada pada diri kita sendiri. Sejauh mana kita bermanfaat bagi orang lainn? bisakan kita bermanfaat bagi orang lain ketika kita hanya terfokus pada cara kita untuk "merasa" bahagia. Bahagia bukanlah hanya perasaan. tetapi "Kebahagiaan" adalah sesuatu yang tercipta ketika kita bermanfaat bagi orang lain dan membuat orang lain bahagia. "Mencintai adalah meletakkan kebahagiaan kita pada kebahagiaan orang lain".
Saya banyak belajar dari ayah saya. Saya bangga punya ayah yang hebat, dan saya sungguh bangga terhadap seluruh ayah didunia ini yang berjuang membahagiakan keluarganya. Sekarang tibalah saatnya saya yang membahagiakan orang tua saya. Ya, hidup ini adalah hidup saya dan saya yang menjalani. Mengapa saya harus menjadi kebahagiaan orang tua saya? mengapa tidak menjalani saja apa yang saya inginkan? jawabnya mudah saja. "Sesuaikan keinginan saya dengan keinginan orang tua saya". Maka semuanya akan lebih mudah.
Selamat Berjuang Ayah. Semoga Allah membahagiakanmu di dunia ini dan di kehidupan setelah mati. Aamiin..
Post a Comment