1
          Februari 2013 yang lalu merupakan bulan yang lumayan berkesan untuk saya. Banyak hal yang saya lalui di bulan Februari, tetapi ada satu hal yang sangat membuatnya berkesan. hal itu tentunya adalah mendaki gunung. Mendaki gunung adalah olahraga ekstrim yang selama beberapa bulan ini saya nantikan. Pastinya bukan karena terinfeksi euforia film 5 cm yang tayang beberapa bulan lalu dan membuat banyak anak muda jadi ingin mencoba salah satu kagiatan yang memacu adrenalin ini. bahkan saya belum pernah menonton film itu. :P

          Gunung yang menjadi pilihan untuk saya daki adalah Gunung Lawu yang terletak di perbatasan antara provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan ketinggian 3265 mdpl tentunya lumayan tinggi untuk ukuran pendaki pemula seperti saya. Diawal perjalanan, saya tidak mengetahui informasi detail tentang jalur yang bisa dilalui untuk menuju ke puncaknya. setelah searching di google dan membaca beberapa blog tetang pengalaman pendakian gunung lawu, maka saya mengetahui bahwa ada dua jalur untuk menuju ke puncaknya yaitu, melalui jalur Cemoro Sewu yang terletak di Sarangan, Jawa Timur dan jalur Cemoro Kandang yang terletak di Tawangmangu, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman -teman yang lain, maka kami memutuskan untuk melalui jalur Cemoro Sewu.

Pintu Gerbang Cemoro Sewu

          Perjalanan saya dimulai pukul 16.30 WIB dari terminal Bus Lebak Bulus dengan menumpang bus Prima Jasa jurusan Lebak Bulus - Jogja dengan tarif Rp 60.000, saya pun berangkat bersama 4 teman yang lain. Sehingga jumlah kami ada 5 orang. Kami tiba di Jogja sekitar pukul 07.00 WIB keesokan harinya. Untuk mengisi perut yang kosong setelah semalaman duduk di bus, kami pun menyempatkan diri untuk makan sekaligus istirahat di warung dekat terminal. Ternyata ada satu teman lagi yang ingin ikut, kebetulah ia berdomisili di Jogja, sehingga kami pun janjian bertemu di warung tempat kami makan. Sekarang jumlah kami menjadi enam orang.

          Perjalanan dilanjutkan dengan menumpang angkutan bus jurusan Jogja - Solo dengan ongkos Rp 10.000. Setelah tiba di terminal bus Yogya, perjalanan kami lanjutkan dengan menaiki bus tujuan Tawangmangu. Cemoro Sewu memang belum dekat, tetapi saya sudah mulai merasa lelah karena perjalanan yang cukup jauh dan harus bolak - balik naik turun banyak angkutan. Rasa lelah dan jenuh mulai hilang ketika kami ngobrol dengan penduduk lokal yang bercerita tentang Gunung Lawu. Kurang lebih 2 jam sudah kami lalui di bus tujuan Tawangmangu tersebut, tanda- tanda terminal Tawangmangu sudah mulai terlihat. kami segera turun untuk menunaikan Sholat Magrib dan kemudian mencari angkutan untuk menuju pintu gerbang Cemoro Sewu. Akhirnya kami putuskan untuk menyewa mobil elf, kami bergabung bersama 2 pendaki lain. Trek menuju pintu gerbang Cemoro Sewu cukup menanjak ditambah kabut tebal yang menyelimuti jalan mengakibatkan jarak pandang hanya 1 meter, membuat jantung kami mulai berdebar kencang akibat adrenalin yang mulai terpacu. Kebetulan kami memang memutuskan untuk melakukan trekking malam. Hawa dingin dari kabut yang merasuk ke dalam mobil membuat kami semakin deg - deg an dan ragu apakan benar - benar akan merealisasikan rencana kami untuk trekking malam.
         
         Akhirnya mobil elf yang kami tumpangi menurunkan kami tepat di depan gerbang Cemoro Sewu, tetapi kami tidak dapat melihat apa - apa selain samar samar cahaya lampu dari basecamp. kabut malam itu sungguh sangat tebal. Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB ketika saya melihat kearah arloji di tangan saya. Kami berenam langsung memasuki basecamp untuk istirahat dan menyapa pendaki lain yang kebetulan juga ada disana. Mereka adalah rombongan pendaki dari Unsud. jumlah mereka cukup banyak dan ada satu orang wanita. Kedatangan kami disanbut dengan hangat, saya merasa senang sekali karena kondisi seperti ini jarang saya temui di kota. hiruk pikuk kesibukan di kota menjadikan setiap orang sibuk dengan urusannya masing - masing tanpa terlalu memedulikan orang sekitar. Setelah mendapat posisi yang enak untuk meluruskan kaki, ranger penjaga basecamp memberikan beberapa wejangan kepada kami untuk melakukan pendakian. karena bulan Februari bukanlah bulan yang tepat untuk mendaki Lawu, sedang terjadi badai dengan kecepatan angin hingga 200 km/ jam. Namun, pendakian masih bisa dilakukan di pagi hari. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk mendaki esok hari.
         
          Rasa dingin yang luar biasa terus meneror menyebabkan saya sulit untuk tidur dan selalu terbangun. padahal saat itu saya memakai jaket tebal, 2 sarung tangan, juga kaus kaki yang sangat tebal. Sunguh tidak terbayang bagaimana dinginnya diatas gunung nanti, di lerengnya saja, saya sudah merasa sangat kedinginan. Akhirnya rasa dingin itu bisa terkalahkan oleh rasa kantuk. Tidak terasa ternyata saya tertidur, setelah saya terbangun ternyata jam didinding sudan menunjukkan pukul 05.00 subuh. Tanpa pikir panjang saya langsung keluar mengambil air wudhu untuk solat subuh. Teman teman lain masih terlelap. Kegiatan saya lanjutkan yaitu repacking memastikan bahwa semua barang barang yang saya bawa telah lengkap dan membungkusnya dengan kantong plastik sebelum memasukannya ke tas. Membungkus barang bawaaan dengan kantong plastik merupakan hal yang sangat penting untuk menghindari kebasahan mengingat cuaca di gunung sangat tidak menentu.

         Akhirnya tibalah saatnya mendaki. Arloji menunjukkan pukul 08.00, kami berenam telah rampung sarapan pagi dan repacking. Semua hal telah siap dan kini saatnya berdo'a sebelum memulai mendaki.

dari kiri : Ibnu, Rere, Fahmi,Yudi, dan Saya (Dyah)

            Pada awal jalur pendakian, trek terasa cukup landai dengan besalaskan bebatuan yang telah disusun untuk memudahkan jalan menuju puncak dengan vegetasi pohon cemara disekitarnya. Gunung lawu memang merupakan gunung yang sering dikunjungi oleh orang orang tertentu dengan tujuan mencari ilmu atau menghormati leluhur karena memiliki nilai historis dan nilai magis yang cukup kental. Sekitar 30 menit berjalan, saya menemukan pemandangan yang sangat indah. Pemandangan yang jarang saya temui di hiruk pikuk perkotaan. hamparan ilalang setinggi lutut dengan beberapa pohon rindang serta hamparan pohon lebat yang terlihat dari kejauhan. Sungguh indah dan membuat saya berimajinasi suatu saat akan kesini lagi untuk foto pre-wedding.
            Perjalanan kami teruskan sambil menikmati pemandangan disekitar, dan tibalah kami pada pos bayangan. pos bayangan adalah pos pertama sebelum bertemu pos 1.


Post a Comment

  1. Izin make gambar ya..
    http://allchussna.wordpress.com/2013/10/27/catatan-perjalanan-lawu-3265-mdpl-part-1/

    ReplyDelete

 
Top